Ikuti Tren Interior Tanpa Kehilangan Karakter Rumahmu

Pernah nggak kamu lihat feed Instagram penuh ruang tamu minimalis yang seragam, lalu ngerasa rumahmu kayak enggak nyambung sama tren? Tenang. Ikutan tren interior itu asyik, tapi bukan berarti harus mengganti seluruh isi rumah dan kehilangan cerita yang sudah menempel di dinding. Di sini aku ajak ngobrol santai—seperti duduk di kafe sambil ngopi—tentang cara mengikuti tren tanpa mengorbankan karakter rumahmu.

Tren itu alat, bukan perintah

Tren datang dan pergi. Yang penting adalah memahami fungsi tren: mereka memberi inspirasi, ide komposisi warna, bentuk furnitur, atau material baru. Kalau kamu suka ide itu, bawa secukupnya. Jangan merasa wajib ikut 100% karena besok bisa beda lagi. Ada cara simpel: pilih satu unsur tren sebagai aksen. Misalnya, lagi rame warna terracotta? Pakai pada bantal, vas, atau karpet. Gak usah mengecat seluruh ruangan.

Jaga watak rumah lewat focal point

Setiap rumah punya karakter—mungkin jendela tinggi, lantai kayu tua, atau langit-langit berprofil. Fokus pada elemen itu. Kalau rumahmu punya lantai kayu yang menua cantik, biarkan terlihat. Pilih furnitur dengan kaki ramping atau sofa rendah supaya tekstur lantai masih tampil. Satu trik: tentukan focal point dan susun furnitur mengitari itu. Ruangan langsung terasa punya cerita, bukan sekadar koleksi barang baru.

Mix old and new — jangan takut kombinasi

Menggabungkan barang lama dan baru itu justru yang bikin ruang terasa personal. Ada aturan praktis: seimbangkan skala dan warna. Kalau kamu punya meja makan antik berat, padankan kursi modern dengan warna netral agar tidak saling berebut perhatian. Perhatikan proporsi. Jangan taruh sofa raksasa di ruangan mungil hanya karena itu model yang sedang hits. Ruang butuh napas. Sentuhan vintage memberi narasi; furnitur trendy memberi napas segar.

Kalau butuh referensi atau mau lihat koleksi furnitur mix-and-match, aku sering kepoin toko online untuk inspirasi, misalnya designerchoiceamerica, cuma untuk ide aja, bukan keharusan beli semua yang lucu-lucu itu.

Material, tekstur, dan warna: senjata rahasia

Sekarang banyak tren menonjolkan tekstur—bouclé, velvet, atau rotan. Ini kesempatan bagus untuk menambah kedalaman visual. Mainkan lapisan: bantal velvet, selimut rajut, karpet bermotif. Warna juga fleksibel. Pilih palet utama yang netral supaya furnitur klasikmu tetap relevan, lalu tambahkan satu warna tren sebagai aksen. Misalnya, palette dasar krem-abu, lalu aksen hijau sage atau navy. Warna bisa dihadirkan lewat aksesori kecil sehingga mudah diganti.

Penting: perhatikan pencahayaan. Lampu bisa mengubah suasana lebih tajam daripada cat. Lampu gantung statement atau lampu baca dengan dimmer memberi kontrol suasana. Lampu juga salah satu cara paling terjangkau dan efektif untuk mengikuti tren gaya, tanpa merombak struktur rumah.

Praktis tapi tetap estetik: tips memilih furnitur

Pilih furnitur dengan dua syarat utama: fungsional dan punya jiwa. Fungsional artinya proporsi sesuai ruangan, bahan mudah dibersihkan, dan multifungsi kalau perlu—misalnya ottoman yang bisa jadi tempat penyimpanan. Punya jiwa berarti ada detail yang membuatmu jatuh cinta, entah bentuk sandaran kursi yang unik atau tekstur kayu yang terlihat tangan pembuatnya.

Jangan tergoda diskon gede kalau item itu bakal nongkrong di gudang. Prioritaskan barang yang sering dipakai, lalu tambahkan aksesori trendy. Cara ini hemat dan membuat rumah tetap terasa “kamu”. Selain itu, perhatikan kualitas. Investasi pada sofa atau meja makan yang tahan lama lebih bijak daripada mengganti berkali-kali mengikuti musim.

Terakhir, dengarkan perasaanmu. Tren bisa memicu ide, tapi rumah adalah tempat kita pulang. Kalau sesuatu membuatmu nyaman dan bahagia, itu sudah tepat. Jangan takut eksperimen kecil: ubah posisi furnitur, tambahkan tanaman, atau frame ulang foto lama. Kadang perubahan kecil justru paling ampuh menghidupkan ruang.

Jadi intinya: ikuti tren dengan kepala dingin. Ambil yang kamu suka, sesuaikan dengan karakter rumah, dan biarkan cerita pribadimu tetap menjadi pusat. Rumah yang cantik itu yang punya cerita—bukan yang cuma fotogenik untuk satu musim.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *